,Pikirkan,Pendidikan,Anak,dari,Sekarang">
 
 



SITE STATUS
Jumlah Member :
253.400 member
user online :
3055 member
pageview's per day :
Over 100.000(!) page views
Kalkulator kesuburan
Masukan tanggal hari pertama bunda mengalami menstruasi

Pikirkan Pendidikan Anak dari Sekarang

   

Pikirkan Pendidikan Anak dari Sekarang



Mengingat biaya pendidikan semakin mahal, maka menyiasatinya dengan mencicil dari sekarang adalah solusi yang paling masuk akal dan logis. Karena itu, menyusun program pendidikan anak sejak dini pun, selalu dianjurkan para ahli, baik pakar keuangan maupun pendidikan. Keberhasilan akademis anak, mau tak mau memang ditunjang ketersediaan materi. Beasiswa, kalaupun ada, belum tentu jumlahnya memadai. Belum lagi persyaratannya bisa jadi cukup sulit. Konsekuensi menjadi orangtua memang mencakup memikirkan masalah pendidikan anak.
Di mana pun Anda memilih, sekolah di sekolah nasional plus atau internasional yang umumnya berfasilitas lengkap dan berbiaya besar, atau sekolah negeri yang mungkin lebih ekonomis, namun biayanya tetap harus tersedia.
Bukan hanya untuk uang sekolah dan buku-buku, ekses lain dari mulai bersekolahnya anak harus sudah diperhitungkan, semisal biaya transportasi, biaya untuk menjalani persekolahan itu (jika harus makan siang di jalan bila jarak rumah dan sekolah cukup jauh, atau bila sekolahnya berlangsung lebih lama), biaya les-les yang mungkin akan diikuti anak, sampai biaya-biaya lain seperti mengadakan pesta ulang tahun atau membeli kado ultah untuk temannya yang berulang tahun di sekolah. Kalau hal-hal ini baru dipikirkan atau sudah dibutuhkan seketika, tentu saja pengeluaran terasa sangat besar, dan banyak orangtua pontang-panting mencari biayanya dalam waktu yang singkat. Karena itulah, melakukan investasi dalam hal pendidikan anak, sebenarna sudah mutlak dipikirkan para orangtua dalam kehidupan modern seperti sekarang ini. Mulailah dari hal-hal sederhana sampai hal besar.
Inilah yang bisa dipikirkan dari sekarang.
1. Mencari informasi di mana anak kelak akan bersekolah, dan pilihlah sekolah yang tidak terlalu jauh dari rumah supaya Anda lebih mudah mengawasi, dan anak pun tidak terlalu letih di perjalanan. Ingat, tahun-tahun ini kemacetan sedang terjadi di mana-mana, terutama di Jakarta dan sekitarnya. Mencari sekolah di dekat rumah adalah alternatif yang sehat dan logis.
2. Setelah tahu berapa kira-kira biaya yang diperlukan untuk anak bersekolah di sana, mulailah melakukan perhitungan biayanya. Hitung juga inflasi, yang berarti bila bayi Anda masih berusia setahun dan baru akan sekolah tiga tahun lagi, uang sekolah yang sekarang akan mengalami kenaikan. Banyak orang menghitung laju inflasi 6-10% setiap tahunnya. Dari sini, Anda bisa mengira-ngira sebesar apa jumlah uang sekolah yang dibutuhkan.
3. Investasi pendidikan dapat dilakukan dalam berbagai cara, biasanya dalam bentuk menabung dan asuransi. Carilah investasi yang paling cocok dengan kemampuan dan karakter atau pola keuangan yang Anda miliki.
4. Bila kebutuhan Anda sedemikian besar sehingga tak ada dana untuk berinvestasi, maka Anda sebaiknya menghitung ulang neraca atau anggaran rumahtangga. Lihat bagian mana yang bisa dihemat. Misalnya, jika setiap hari Anda biasa makan siang di kantor, mungkinkah pengeluaran bisa ditekan kalau Anda membawa bekal dari rumah? Pengalaman orang sukses menabung umumnya sederhana saja dalam berhemat, yaitu menyetop pengeluaran yang tidak perlu-perlu amat.
5. Sesuaikan produk investasi pilihan Anda dengan target pendidikan yang diinginkan. Saat ini sudah banyak bank yang menawarkan program-program tabungan atau investasi pendidikan. Cobalah bertanya dengan detail kepada mereka. Biasanya, sudah ada perhitungan serta ilustrasi berapa dana yang harus dikeluarkan setiap bulan atau setiap tahun, dan pada tahun kesekian, dana itu menjadi berjumlah sekian dan dapat diambil atau tidaknya.
6. Carilah produk investasi lain yang tidak melulu konservatif, seperti tabungan. Kalau bisa, ambil produk yang tingkat pengembaliannya lebih besar daripada asumsi laju inflasi. (Hannie Kusuma)
Tolong beritahu kami apa pendapat Anda tentang artikel ini


Jika Anda tidak melihat kotak komentar silahkan refresh halaman