Tidak terasa bulan depan sudah lebaran lagi.

Bulan Ramadhan tahun lalu sangat berkesan buat saya. Saat itu saya sedang hamil 9 bulan. Merasa jadi wanita yang sempurna dan bahagia karena saat itu saya punya teman ngobrol yang "berdomisili" dalam perut saya. Tanggal 7 Oktober 2006 lalu, awalnya saya (masih) niat berpuasa, tapi tiba-tiba harus makan (dan harus nasi..!) karena ternyata ketuban sudah pecah. "Untuk tenaga saat melahirkan", kata dokter. Dan malamnya sehabis Maghrib, Kevin lahir. Akhirnya saya merasakan "unbelievable"nya perasaan seorang wanita yang bahagia menggendong bayinya yang baru berumur beberapa menit. Jenis kelamin si baby ataupun rasa sakit sudah tidak saya pedulikan. Melihat dia lahir sempurna, sehat, dan yang paling penting, dia keluar dari rahim saya, itu sudah sangat cukup buat saya.

Tapi lalu pada saat Kevin berumur 10 bulan, terpaksa saya harus meninggalkan dia. Saya menitipkan Kevin pada ibu saya, yang dengan senang hati mau mengasuh cucunya. Kantor tempat saya bekerja di Jogja memindahkan saya ke kantor cabang Jakarta. Mungkin banyak yang berpikiran bahwa saya ibu yang jahat karena lebih mementingkan pekerjaan. Saya berpikir, ini harus saya lakukan. Di saat keadaan perekonomian serba susah, rasanya kok berat ya untuk melepaskan pekerjaan ini. Toh saya hanya berpisah sementara saja dengan Kevin, sampai saya mendapatkan seorang babysitter yang benar-benar sesuai dengan kriteria saya (jujur, & telaten). Dan memang saya tidak mau mengambil babysitter dari yayasan atau penyalur. Banyak cerita 'miring' yang saya dengar dari teman-teman saya mengenai babysitter dari yayasan. Ada yang bahkan sampai tega memberikan obat tidur pada si baby, hanya supaya dia tidak perlu repot terus-terusan menjaga si baby. Hingga akhirnya si baby harus dirawat di RS karena terlalu banyak mengkonsumsi obat tidur. Menyedihkan kan? Tentu saja saya tidak mau itu terjadi pada Kevin, atau pada bayi siapa pun.

Dan saya harus konsekuen dengan keputusan saya ini. Bersabar, bersabar, dan bersabar. Beberapa hari pertama berpisah dengan Kevin, saya terus menangis. Bahkan beberapa minggu setelahnya pun saya masih sering menangis. Apalagi saat membaca sms dari ibu saya ;
"Non, Kevin udah bisa lari-lari pake babywalker lho. Lucu deh..!"
Atau sms yang ini ;
"Eh si Kevin giginya dah tumbuh 4 lho. Sebenernya 3 setengah, karena yg 1 masih separoh munculnya. Tambah lucu deh Non."
Dan juga sms ini ;
"Kevin kok jadi manja ya? Kalau susu botolnya dah abis, botolnya trus dibuang. Ga mau ditaroh aja. Pasti langsung dilempar..."

Semua berita tentang Kevin membuat saya merasa bersalah tidak bisa menemani pertumbuhannya. (Ya Allah, jika ini sebuah kesalahan, maafkan & ampuni saya.)

Akhirnya, Alhamdulillah, bulan lalu saya mendapatkan calon babysitter untuk Kevin. Dia masih saudara, jadi (mungkin) lebih mudah untuk mempercayainya. Tapi si Mbak ini baru bisa ikut ke Jakarta nanti setelah lebaran. Ok, fine. Saya sudah cukup bersyukur bisa mendapatkan orang yang bisa membuat saya merasa nyaman meninggalkan Kevin di rumah.

Bulan Ramadhan tahun ini, juga berkesan buat saya. Shalat 5 waktu, Puasa, Shalat Tarawih, Shalat Tahajjud (hal yang dulu mungkin sangat jarang saya lakukan) kini saya lakukan sepenuh hati. Berdoa dan berharap semoga Kevin selalu dalam lindungan Allah, dan agar saya & Kevin masih diberi umur panjang oleh Allah untuk bertemu pada saat saya mudik nanti (Amin). Dan saya juga berharap semoga kegiatan ibadah ini bisa terus saya lakukan sampai seterusnya.

Tiket pesawat sudah di tangan. Tabungan untuk kado ulang tahun Kevin juga sudah. Beberapa pasang baju & sepatu baru plus mainan juga sudah saya belikan untuk my baby boy tercinta itu. Hanya tinggal umur yang saya belum pasti punya. Semoga Tuhan mengabulkan doa saya ya..? Amin.

* Psst : Key, I'm dying to see you..! Miss U a lot, hon..! Maafin Mama ya...