,Karier,atau,Buah,Hati?">
 
 



SITE STATUS
Jumlah Member :
253.406 member
user online :
4165 member
pageview's per day :
Over 100.000(!) page views
Kalkulator kesuburan
Masukan tanggal hari pertama bunda mengalami menstruasi

Karier atau Buah Hati?

   

Karier atau Buah Hati?



Tentu saja, tidak semua hal dapat membuat seorang individu senang. Selalu ada kompromi, pengorbanan, maupun perhitungan sehingga segala sesuatu dapat berjalan dengan baik. Namun, pada umumnya perasaan bersalah karena meninggalkan buah hati di rumah bersama pengasuhnya adalah hal yang wajar dan merupakan persoalan klasik yang dihadapi setiap ibu bekerja. Terjadi perang batin, yaitu Ingin terus bekerja, tapi juga ingin di rumah. Bahkan tak jarang ibu bekerja diam-diam cemburu pada pengasuh anak karena kelekatan yang ditampilkan bersama buah hatinya. Untuk mengatasi hal ini, memang dibutuhkan penelaahan yang mendalam. Analisis perang batin ini satu persatu, sehingga lebih mudah mengatasinya. Jika karier di kantor sangat penting, dan mendampingi si kecil saat ia tumbuh kembang pun sama pentingnya, maka yang dihadapi adalah konflik atas dua pilihan yang sama-sama penting, namun hanya satu yang bisa Anda pilih. Dalam kasus ini, yang Anda alami disebut approach-approach conflict.
Mana yang harus dipilih?
Seperti halnya menilai setiap persoalan, perlu ada usaha untuk membentuk skala prioritas. Artinya, ada setiap nilai untuk setiap kondisi dan pengaruhnya. Contohnya, dengan bekerja, tentu ada nilai-nilai yang dapat dipertimbangkan, seperti jabatan, prestasi, uang, hubungan sosial, dan semacamnya. Namun, bila di rumah, pasti juga ada nilai lain yang diperoleh, umpamanya kesehatan dan tumbuh kembang si kecil amat terjaga, pemberian ASI eksklusif tanpa hambatan, bisa segera mendeteksi bila ada sesuatu yang tidak beres, kebebasan menggunakan waktu, dan sebagainya. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan bila Anda memilih untuk tetap menjadi ibu bekerja, yaitu dengan membuat perencanaan karier dan bernegosiasi dengan perusahaan tempat Anda bekerja. Pada umumnya, masih banyak perusahaan yang menerapkan sistem kekeluargaan. Contoh, ketika tiga bulan pertama masuk kantor kembali, saya berhasil bernegosiasi dengan pihak kantor untuk masuk setengah hari sehingga bisa pulang lebih cepat untuk menyusui dan merawat si kecil. Seorang teman di kantor lain berhasil bernegosiasi untuk membawa bayinya ke kantor � ditemani pengasuh � sehingga ia masih tetap bisa memberi ASI eksklusif selama 3 bulan pertama bekerja kembali. Teman yang lain lagi mengambil cuti di luar tanggungan selama setahun dan baru bekerja kembali tahun depannya. Pastinya, semua ini juga membutuhkan pengorbanan, misalnya ada promosi yang tertunda, atau gaji yang berkurang, maupun kesempatan untuk ditugaskan ke luar daerah atau ke luar negeri. Juga, mendapati bahwa rekan kerja junior menyalip posisi Anda! Manapun pilihan Anda, tetaplah ingat bahwa semua alternatif memiliki konsekuensi tersendiri. Misalnya, bila memilih berdiam di rumah, mungkin saja Anda merasa kehilangan status sebagai wanita yang mandiri dan memperoleh penghasilan sendiri. Kini, Anda merasa terkucil dari pergaulan �dunia�, dan merasa tidak �sepandai� sebelumnya. Sebaliknya, Anda akan merasa bersyukur karena tak pernah ketinggalan mengawasi perkembang si kecil, dari ketika ia mulai merangkak, tumbuh gigi, mulai berjalan, dan berada di sampingnya ketika ia mulai mengeluarkan kata pertamanya. �Pengorbanan� melepas karier jadinya akan terbayar juga.
Kata kuncinya adalah kompromi Memilih satu di antara dua pilihan artinya Anda siap melakukan berbagai kompromi. Semua kondisi sudah dinilai dan dianalisis sedemikian rupa sehingga pilihan yang diambil adalah yang terbaik dan tidak membuat Anda merasa menjadi korban. Intinya, walaupun yang dilakukan adalah pengorbanan, cobalah melihatnya dengan kacamata �penyesuaian� yang satu dengan yang lain. Dengan berkompromi, Anda langsung menyadari adanya konsekuensi dari setiap pilihan yang dibuat. Mengantisipasi dan menyadari munculnya konsekuensi ini bisa mengurangi penyesalan atau rasa bersalah yang timbul belakangan karena harus meninggalkan anak di rumah atau karena harus meninggalkan karier yang sedang berkembang. Pada dasarnya, pilihan manapun yang dibuat, tekankan pada diri Anda bahwa sesuatu itu dipilih karena Anda menyayangi si kecil, memikirkan masa depannya, dan ingin memberikan hal yang terbaik baginya. Berkarier tidaklah salah, karena banyak anak mengagumi ibu yang berprestasi di tempat kerja. Berkarier juga memberikan ibu kesempatan untuk maju � dan secara tidak langsung memberikan contoh baik buat anak-anak nantinya bahwa bekerja adalah suatu pilihan yang bertanggungjawab. Namun, memilih mengasuh anak di rumah pun adalah pilihan yang juga sangat baik, karena mendidik seorang manusia baru. Jadi, jalan apa pun yang Anda pilih, tetap berkarier atau melepaskannya, camkan bahwa hal itu adalah pilihan terbaik. Besarkan hati Anda, lebih matang dalam berpikir, dan isi hari-hari baru ini dengan kehadiran makhluk baru yang akan Anda asuh dengan berbagai cara yang bisa dilakukan. (HANNIE KUSUMA)
Artikel Terkait :
Tolong beritahu kami apa pendapat Anda tentang artikel ini


Jika Anda tidak melihat kotak komentar silahkan refresh halaman