Adalah manusiawi jika orangtua menginginkan buah hati yang tumbuh cerdas dan berprestasi. Namun kadang secara tak sadar orangtua memberikan stimulasi berlebihan (overstimulasi) untuk mencapai keinginan ini. Seperti, jumlah mainan yang diberikan pada bayi terlalu banyak, rentang stimulasi terlalu lama, atau memaksakan aktivitas yang sebenarnya tak disukai anak.
Deasy Andriani, Psi, Direktur Olifant School Yogyakarta mengatakan overstimulasi juga mencakup saat bayi tidak diberikan waktu bebas untuk mengeksplorasi lingkungannya secara mandiri (namun selalu diarahkan orangtua). Pemberian stimulasi yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan bayi juga masuk dalam overstimulasi. Misal menstimulasi bayi untuk berjalan padahal tulangnya belum kuat. Jika bayi mengalami overstimulasi ia akan cenderung rewel, menangis atau memalingkan wajah dari objek stimulasi yang diberikan.
Overstimulasi memberikan efek negatif pada bayi di antaranya:
* Emosi negatif.Bayi menjadi mudah marah, sering menangis, dan susah ditenangkan lantaran stimulasi yang acapkali ia dapatkan membuatnya bosan. Ia pun merasa tak dipahami oleh orangtuanya.
* Kemampuan belajar menurun. Kebanyakan stimulasi dalam waktu bersamaan. Contoh: setelah diberikan flashcard, lalu dipertontonkan VCD edukatif, setelah itu diajak bermain pasel sederhana. Hal ini justru membuat bayi sulit mencerna dan tak mampu memahami stimulasi yang diberikan orangtuanya.
* Menolak.Bayi menolak stimulasi secara konsisten/terus menerus, bukan hanya sesaat. Bayi terlihat cuek dan kurang responsif terhadap lingkungan
Ditampilkan sebanyak : 1205