SITE STATUS
Jumlah Member :
253.406 member
user online :
3486 member
pageview's per day :
Over 100.000(!) page views
Kalkulator kesuburan
Masukan tanggal hari pertama bunda mengalami menstruasi

Blog -- Karena Merawat Bayi bukan Ilmu Pasti



Blog posted by

Karena Merawat Bayi bukan Ilmu Pasti


Blog posted on 27-01-2012
 3 bulan lebih saya menjadi ibu. Sejauh ini, benar-benar menarik. Saya masih ingat suatu hari, sebelum berangkat ke Jeddah, ayah mertua saya mengatakan “Kamu kan sarjana, jadi pasti ndak masalah merawat bayi sendirian tanpa bantuan orang lain..” Saat itu kalimat tersebut cukup menguatkan saya, yang nantinya akan benar-benar sendiri, hanya dengan suami di negeri orang. Ya, saya kan sarjana, pasti bisa.



 



Tapi kemudian sekarang saya memikirkannya lagi, apa hubungan antara sarjana dan merawat bayi? Saya lulusan matematika sains, bukan kebidanan, atau psikologi, atau mungkin keperawatan.



Apa lalu hubungan dengan ilmu saya dan merawat bayi?



Sebenarnya ini sama dengan ketika saya pertama awal-awal menikah. Saat suami sudah berada di negeri orang, praktis saya sering sendirian terlibat interaksi dengan keluarga besar suami. Saat itu saya merasa tenang, karena : saya kan sarjana, harusnya mudah bersosialisasi dengan hal dan orang-orang baru. Ya, padahal saya kan sarjana sains matematika, bukan sosial politik atau sosiologi.



Artinya, pendidikan bukan hanya perkara ilmu yang sebidang dengan spesialisasi kita, tapi juga kemampuan-kemampuan yang lain. Kemampuan-kemampuan alami yang dimiliki karena sering berinteraksi dengan orang yang juga tenang, sering dituntut memecahkan masalah, mencari solusi cepat, dan lebih realistis. Alhamdulillah, dulu selain kuliah saya juga ikut organisasi, jadi dalam beberapa masalah bisa mencoba tenang, bahkan malah tidak menganggapnya sebagai masalah.



Dan ternyata itu semua penting sekarang. Jelas, merawat anak pertama sendirian, tanpa baby sitter, asisten rumah tangga, tanpa punya tetangga juga, benar-benar hal baru. Tapi ibarat kuis ataupun ujian semester saat kuliah, jadwal sudah ditetapkan, tinggal bagaimana kita persiapkan diri menuju hari H. Belajar, mencari referensi, bertanya ke orang yang juga sudah ujian. Sama, sebelum akhirnya praktek merawat bayi, ada waktu untuk belajar. Googling, baca artikel, melihat video cara memandikan, menenangkan, cara menyusui, dan sebagainya.



Meskipun banyak juga hal-hal spontan yang terjadi. Tapi kan kita sudah punya modal awal, tenang. Baru kemudian saat sempat kita cari di internet solusinya. Pasti banyak pembahasannya.



Tersedia, lengkap, dan tinggal membaca.



Nampaknya saya setuju saat ada di sebuah forum, mengatakan bahwa “Salah satu alat doraemon yang terealisasi adalah -mesin tahu segalanya- dengan wujud yang ada sekarang : google“



hahaha.. 



Iya, mau tanya permasalahan apapun bisa tanya google. Sampai-sampai, saya menyebut Haniya memiliki eyang satu lagi setelah eyang-eyang di Solo : Eyang Gugel. Karena setiap mengalami hal baru dengan Haniya, saya langsung konsultasi ke Eyang Gugel. Dan pasti ada. Alhamdulillah.. Yah, walaupun jelas, terkait takdir Allah tidak bisa ditanyakan di Google. Meski saya pernah



menemukan orang menemukan blog saya karena menulis kata kunci : Siapa jodoh Tr* S*b*k**



Ahahaha..   ternyata ada yang mencoba mencari jodoh di google. Ada-ada saja.



Lantas, apakah semua beres dengan bertanya dengan gugel? ternyata tidak. Mungkin di internet bisa memberi jalan keluar atau solusi, tapi hanya berupa pilihan-pilihan saja.



If-then-else. Kalau bahasa pemrograman mungkin begitu. Kalau bukan ini, ya itu, atau yang lain.



Seperti jika bayi tidak tenang, kalau bukan karena lapar, mengantuk, pup, dan seterusnya.



Jika bayi belum juga tidur, bisa dengan digendong, atau disusui, atau didiamkan saja, dan seterusnya.



Jika bayi tidak mau menyusu, mungkin karena kenyang, tidak nyaman, atau yang lainnya..



Ya, pun berlaku untuk hal yang lain..



Sebab masing-masing bayi berbeda. Mungkin kalau diberi grade 1-10, ada tipe bayi yang level ketenangannya 8, atau ada yang 5, atau ada yang 10? bersyukurlah, ibu-ibu, kalau anak anda grade ketenangannya 10. Karena itu adalah sebuah kenikmatan luar biasa. Saya memiliki keponakan, yang masing-masing memiliki grade ketenangan berbeda.



Disitulah letak ‘ujian’ bagi setiap ibu. Salah satunya saya. Mungkin Haniya bukan bayi dengan tipe grade ketenangan 10, tapi setidaknya bukan dengan level 1atau 0 kan?



Alhamdulillah, tetap semua disyukuri.



Barangkali ada bayi yang jam tidurnya teratur, dicium keningnya kemudian dibisikkan “Bobok nyenyak ya, sayang..” kemudian langsung merem dan tidur? wow.. itu luar biasa sekali. Mungkin ada juga yang sudah di timang-timang, disusui, dinyanyikan, tapi tetap saja tidak tidur, malah ditambah berteriak-teriak?



Ah.. masing-masing bayi memiliki keunikan. Pesan saya, jangan sekali-kali menetapkan patokan pada bayi kita, misal si A begini, kenapa bayi saya tidak?



jangan, itu hanya akan menambah pressure bagi ibu. Hasilnya, ibu malah tidak tenang, karena akan selalu berpikir : kenapa bayiku begini, kenapa begitu, kenapa?



 



Solutif? tidak.



Seharusnya, fokus pada bayi kita. Bagaimanapun dia, itulah bayi kita. Kita yang menyesuaikan.. Sambil terus menerus berusaha menjadi ibu yang lebih baik, dan merawatnya dengan lebih baik..



Karena merawat bayi bukan ilmu pasti. Agar kita terus belajar, bersabar, dan bersyukur. Justru diantara ketidak pastian itu, terselip keajaiban-keajaiban kecil, yang membuat hal-hal sederhana menjadi luar biasa.



 



Semangat, para ibu muda.. 



Ditampilkan sebanyak : 1134

Tolong beritahu kami apa pendapat Anda tentang blog ini


Jika Anda tidak melihat kotak komentar silahkan refresh halaman
 
sprsonia's blog :