Malu aku malu, pada semut merah, yang berbaris di dinding menatapku curiga..seakan penuh tanya…. Aku malu, tapi ah bukan pada semut merah. Aku malu pada makhluk mungil yang kini sedang berbaring di sebelahku. Dia tersenyum untuk pertama kalinya. Senyumnya manis semanis madu, sejuk sedingin salju.
Dia tersenyum padaku, tapi aku malu. Betapa tidak? Jika beberapa saat sebelum momen ajaib itu terjadi aku dengan kesalnya meletakkan si makhluk mungil itu di tempat tidur. Kesal, ingin marah melesak dadaku. Si bayi enggan tidur, hanya merengek dan meronta, padahal betapa ngantuk dan lelahnya aku. Semalaman tidak bisa terlelap, dan ketika siang menjelang tak kunjung bisa beristirahat. Maka, dengan kesal kuletakkan si bayi dan aku pun berbaring di sebelahnya. Kupejamkan kedua mataku mencoba tidur, mencoba melupakan makhluk mungil di sebelahku. Namun tak lama baru kusadari, tangis yang sejak tadi bergema di telingaku telah reda. Si bayi tidur? Mana mungkin? Dan betapa kagetnya aku mendapati si makhluk mungil tengah memandangku lekat, dan tiba-tiba dia pun tersenyuma. Senyum pertama yang terukir di bibir mungilnya setelah tiga minggu kelahirannya.
Kesal yang menggunung sejak tadi pun luntur sudah. Aku larut dalam manis senyumnya.