Aku begitu terkejut begitu mendengar kabar dari sekolah anakku. Anakku diminta untuk pindah sekolah ke SD luar biasa. Besoknya aku bawa ke psikiater anak. setelah mendengar nasehat dari psikiter tersebut, barulah aku sadar kalau anakku menderita gangguan konsentrasi yang lumayan berat. Sampai-sampai ia harus tidak naik kelas.
Aku bagai disambar petir mendengar penjelasan dari sekolahnya, aku merasa bersalah telah mempercayai anakku pada neneknya sejak ibunya berpulang 4 tahun sebelumnya. Apakah ia trauma ?, apakah ia memang tidak layak sekolah di sekolah umum ? apakah ,,, apakah ... ia marah kepadaku karena terlalu jarang pulang kerumah ?
Atau apakah tuhan belum percaya kalau aku mencintai anakku ? apakah tidak cukup keadaanku selama ini ? sehingga anakku harus menerima akibatnya. TIDAK !!! anakku harus lebih baik. Aku sadar tidak siapapun mampu mendidik anakku kecuali dukungan sepenuh hati dari bapaknya.
"Baiklah, anakku. Bapak akan mengajar kamu membaca, menulis dan berhitung. Jangan sedih karena tingga kelas. Tahukah kamu banyak yang sudah menyelesaikan sekolah tinggi tetapi mereka tidak lebih baik dari engkau anakku. Jadi ayo kita membaca, menulis dan berhitung berdua dan hanya berdua" janjiku kepada anakku.
Maka akupun memutuskan untuk mendidik sendiri anakku semata wayang, dan hari ini yang ingin kulihat adalah nilai anakku yang berkisar antara 8 s.d 10. Duh, pengorbanan seorang ayah ternyata telah mulai berbuah lebat, Alhamdulillah. ---- Mondana ---
Yang sabar pak. Pendidikan anak adalah tgjwb ortu sepenuhnya. Emang berat. Tp akan menghasilkan buah yg baik. Dari sekolah aja tidak cukup. Tp kalo rutin tiap hari anak belajar tidak berat buat ortu n anak. Jadi jgn pas dekat ujian br belajar. Repot oi.