SITE STATUS
Jumlah Member :
253.406 member
user online :
4223 member
pageview's per day :
Over 100.000(!) page views
Kalkulator kesuburan
Masukan tanggal hari pertama bunda mengalami menstruasi

Kehamilan

Nyetir mobil selama hamil

New Topic :  
22-11-2008 13:12:26 ke: 1
Jumlah Posts : 12
Jumlah di-Like : belum ada like
share nih,...ni adalah kehami lan ke-2, sdh 16 mgg...tiap hari msh nyetir mobil sendiri nganter anak sekolah, jarak deket sih paling cuma 15 menit klo lancar,...ada yg tau ga info amannya sampe usia kandungan berapa ya kita boleh nyetir?
   
22-11-2008 13:52:19 ke: 2
Jumlah Posts : 198
Jumlah di-Like : 10
MENYETIR SELAGI HAMIL, BOLEH, KOK ! Asalkan dikonsultasikan dulu ke dokter kandungan, ya, Bu. Di samping, kehamilannya tak berisiko tinggi. Banyak wanita sekarang lebih suka mengendarai mobilnya sendiri kala bepergian. Alasannya, lebih mudah untuk aktif bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa harus bergantung pada orang lain yang membawanya. Dilema timbul saat si wanita hamil. Sebagian besar ingin tetap menyetir mobil supaya kemandirian untuk mobile tetap terjaga. Di lain pihak, dalam kondisi hamil, timbul kekhawatiran untuk berada di belakang setir. Lagi pula jika perut makin membuncit, sabuk pengaman tak lagi cukup dilingkarkan. Namun demikian, tak perlu terlalu khawatir, kok, Bu. Menurut dr. Hj. Hasnah Siregar, SpOG, menyetir mobil selagi hamil boleh-boleh saja. Tentunya tak sebebas mereka yang tidak hamil. "Wanita hamil mengalami perubahan fisik dan psikologis. Nah, ini menjadi pertimbangan sebelum memutuskan untuk mengendarai mobil sendiri." Contoh, ketika hamil, wanita mengalami pembesaran rahim yang membuat perut jadi "gendut". Otomatis jarak dinding perut dengan setang kemudi jadi makin dekat. "Ini yang patut diperhitungkan, karena bila terjadi pengereman mendadak atau tabrakan, bisa terjadi benturan. Benturan ini dapat menyebabkan trauma pada dinding perut atau rahim. Bisa terjadi perdarahan atau ketuban pecah dini," jelas ahli kebidanan dan kandungan dari RSAB Harapan Kita, Jakarta ini. Jadi, tandasnya, ada baiknya jika sedang hamil si ibu tak mengemudi sendiri. Meski, ini juga bukan harga mati. Artinya, boleh saja wanita tetap memilih mengemudi sendiri, asalkan kesehatan dan kehamilan calon ibu benar-benar dalam kondisi baik. Mengingat setiap wanita hamil punya kondisi yang berbeda-beda. "Tapi memang sebaiknya sebelum menyetir, konsultasikan dulu ke dokter kandungan dan patuhi hal-hal yang dilarang ataupun yang disarankan," kata Hasnah lagi. YANG DILARANG Meski demikian, ada beberapa kondisi kehamilan yang membuat seorang ibu benar-benar tak dianjurkan untuk menyetir. Kondisi itu, salah satunya bila kehamilan si ibu termasuk berisiko tinggi. Misal, sering keguguran, ari-arinya ada di bawah, punya penyakit darah tinggi, diabetes atau ginjal, dan semua penyakit yang bersifat patologis. "Dari minggu-minggu pertama pun kalau si ibu memiliki kondisi demikian harusnya tidak menyetir lagi," bilang Hasnah. Bagaimanapun, lanjutnya, pada ibu-ibu yang memiliki penyakit di atas, umumnya kondisinya cepat lelah. Tentunya sangat membahayakan jika ia harus menyetir sendiri. Sedangkan pada ibu hamil yang ari-arinya di bawah, maka sedikit benturan saja dikhawatirkan akan membuat trauma pada plasentanya. Sementara pada ibu yang kondisinya memungkinkan, artinya dokter kandungannya membolehkan untuk menyetir, Hasnah juga menganjurkan untuk tidak menyetir pada usia kehamilan terlalu muda atau terlalu tua. "Waktu yang aman, biasanya pada usia kehamilan 18-24 minggu. Kalau pada awal kehamilan, janin masih fragile, sangat sensitif terhadap guncangan." Ini berarti, lebih baik ibu jadi penumpang saja, itu pun harus meminta pada sopir untuk berjalan pelan-pelan dan menghindari jalan yang jelek serta berlubang. Sedangkan di usia 7 bulan, pada kondisi ini sama sekali tak disarankan untuk mengemudi. "Karena perut dan setir sudah mepet. Lagi pula, safety belt biasanya sudah tak muat lagi. Padahal safety belt amat esensial untuk dikenakan, apalagi di waktu hamil." Selain itu, karena kondisi perut dan setir yang sudah mepet, sedikit benturan saja dapat menyebabkan trauma pada plasenta dan janin. Yang perlu disadari pula, mengemudi dalam keadaan hamil bukanlah hal mudah dan menyenangkan, karena dilakukan dalam keadaan "tidak biasa". Seandainya ibu-ibu boleh mengemudikan mobil sekalipun, ada beberapa hal yang patut mendapat perhatian. Apa saja? Persyaratan Mengemudi Selagi Hamil * Seat Belt Sabuk pengaman harus selalu digunakan, entah saat menyetir mobil sendiri atau kala jadi penumpang. "Kalau dikenakan dengan benar, akan melindungi ibu dan janinnya," kata Hasnah memastikan. Cara memakainya, sabuk bagian pinggang harus dilingkarkan dengan nyaman di bawah perut yang paling menonjol melingkar sepanjang pinggul. Sedangkan sabuk bagian atas harus di atas bagian perut yang paling menonjol. Jangan memakai sabuk menyilang di perut yang menonjol karena sentakan mendadak dapat mencederai plasenta. Tubuh ibu dan cairan ketuban di kandungan memang memberikan bantalan dan perlindungan bagi janin. Ini berarti cara terbaik melindunginya adalah melindungi tubuh ibu sendiri dengan mengenakan sabuk pengaman pada posisi yang tepat. * Cara Mengemudi Ibu hamil yang menyetir sendiri harus lebih tenang dan waspada saat membawa mobilnya. "Jangan cepat emosi. Pandai-pandailah memilih jalan, jangan yang berlubang atau banyak gundukan," saran Hasnah. Hindari menyetir di waktu malam, karena ibu hamil biasanya cepat lelah dan kondisi lebih cepat menurun lewat senja hari. * Jarak Tempuh Jarak perjalanan yang terlalu jauh juga harus dicermati. Selain membuat pegal saat duduk mengemudi, juga mengurangi daya tahan tubuh. "Usahakan jangan lebih dari satu jam, karena orang hamil sering kencing." Nah, bila dirasa sudah terlalu jauh berjalan atau jalan sangat macet, pinggirkan mobil di tempat yang aman atau cari restoran. Manfaatkan untuk buang air kecil dan beristirahat. * Parkir Parkir mobil juga harus diperhatikan. Jangan memaksa parkir di tempat yang penuh karena akan menyulitkan pada saat keluar dari mobil. "Sayangnya di Indonesia sangat sedikit gedung-gedung yang menyediakan parkir khusus untuk wanita dan orang cacat. Padahal mereka seharusnya diberi kemudahan untuk parkir. Biasanya ditaruh di paling depan," jelas Hasnah. Nah, untuk memarkir ini, sarannya, carilah parkir yang masih memungkinkan pintu dapat dibuka lebar-lebar untuk memudahkan masuk dan keluar dari mobil. * Keadaan Darurat/Tabrakan Meski tak diharapkan, jangan lupa bersiap-siap menghadapi mogok atau keadaan darurat. Jika ban kempes, minta pada orang lain untuk menolong membantu menggantikan. Jika terjadi tabrakan, "Dalam kasus tabrakan ringan sekalipun, meski kelihatannya tidak apa-apa, tetap harus diperiksakan ke dokter," tegas Hasnah. Ditabrak dari belakang, misal, bisa memberikan benturan cukup parah. Tubuh seorang ibu memang bisa melindungi plasenta, tapi bila sentakannya cukup parah, plasenta dapat cedera atau bahkan lepas seluruhnya dari rahim. Bila terjadi tabrakan cukup parah, segera ke rumah sakit terdekat dan jangan lupa memberi tahu jenis darah dan rhesus (negatif) supaya tak terjadi hemolisa. Bila timbul flek atau perdarahan selama mengemudi, segera pinggirkan mobil, pakai pembalut atau tutupi dengan handuk. Selanjutnya segera belokkan mobil ke rumah sakit terdekat.
   
25-11-2008 17:38:45 ke: 3
Jumlah Posts : 181
Jumlah di-Like : belum ada like
Waduh bunda Aurel,   Komplit banget artikelnya, sampe ga bisa nanya lg. Btw thanks atas infonya. Jd bermanfaat buat banyak bunda nehhh
   
26-11-2008 08:28:47 ke: 4
Jumlah Posts : 103
Jumlah di-Like : 2
ogh hamil muda ga disarankan yah? hehehe baru tau aku :P dulu waktu hamil selma dari hamil muda sampe umur 9 bulan masih nyetir tiap hari ke kantor. Wkt itu sih hamilnya nggak gede2 amat soalnya, jadi muat2 aja dibelakang stir. Waduuh untung ga pa-pa ya...
   
 page  1   
atau login dengan Facebook Anda