Artikel buat Papa & Mama
( Rabu, 12/03/2008 16:05 )
Ayo Bobok, kalau nggak bobok nanti digigit orang gila
Kebiasaan menakuti anak dengan orang gila, tikus, pocong, dll
Aduh, menakutkan sekali (ketika saya berumur sekitar 9 tahun, saya
pernah mengalami satu kejadian tidak mengenakkan dengan orang yang
mengalami gangguan kejiwaan)! Itu juga pasti yang dialami oleh
sebagian besar anak kecil lainnya. Memang terlihat efektif, ketika
kita ingin anak kita atau seorang anak kecil melakukan sesuatu yang
kita perintahkan. Berikan saja kata-kata seperti judul diatas, dan
ketakutan yang ditimbulkannya akan membuat (semoga) anak tersebut
menuruti perintah kita. Toh dengan semakin dewasa, ia akan mengerti
bahwa orang gila bukanlah sebuah makhluk yang suka memakan orang lain,
atau tikus sebenarnya takut pada manusia, atau kemungkinan seseorang
yang pernah (mungkin) melihat pocong (menurut statistik sederhana)
adalah 50.000 : 1. Yah, toh anak itu akan mengetahui fakta itu semua kan?
SALAH!! Ketika kita sebagai orang tua yang (notabene) mengetahui fakta
tersebut, menggunakan beberapa hal yang menakutkan untuk memberikan
tekanan pada seorang anak untuk menurut, itu merupakan hal yang
(menurut saya) cukup mengerikan. Bukan ancamannya yang mengerikan,
tetapi akibat yang ditimbulkannya dikemudian hari. Tahukah bahwa
seorang anak itu tak ubahnya seperti spons, yang akan menyerap apapun
yang dilihatnya, didengarnya, dan dirasakannya? Seorang akan akan
memasukkan informasi yang diterima dari sekelilingnya (terutama dari
orang tuanya) ke dalam pikirannya, pikiran bawah sadarnya. Sekali
kata-kata itu masuk, sekali informasi ini masuk, semua itu akan
menjadi bagian dari sistem nilai anak tersebut (value), yang besar
kemungkinannya menjadi bagian dari kepercayaannya (belief system).
Karena telah menjadi nilai, dan akan dijalankan secara refleks, maka
apapun hal yang berhubungan mampu mengaktifkan rasa takut di dalam
dirinya.
Coba bayangkan dan rasakan, kalau kita berada di posisi anak tersebut.
Si anak tidak memiliki data di dalam pikirannya bahwa apa yang menjadi
momok/ketakutannya bukanlah sesuatu yang nyata. Bahkan, pikirannya
semakin menjadikan ketakutan tersebut menjadi nyata, dari hari ke hari
(sebagai informasi, tahukah anda bahwa pikiran tidak membedakan antara
kenyataan dengan imajinasi? Pernahkan anda membayangkan makanan
kesukaan anda di hadapan anda, dan tiba-tiba tanpa disadari, air liur
anda mulai bertambah, perut anda bereaksi, dan timbul kebutuhan di
pikiran anda?).
Ketakutan ini, yang bila terus diperkuat dari hari ke hari (dengan
terus disebutkan pada sang anak), akan menjadi nilai yang semakin
kuat. Inilah yang mengakibatkan munculnya berbagai macam phobia pada
sang anak, atau bahkan phobia yang masih terbawa sampai sang anak
beranjak dewasa (walaupun sebagai orang dewasa, mungkin ia tahu bahwa
ketakutannya terasa konyol, tetapi coba kita lihat bersama, seorang
perokok pasti tahu bukan bahwa rokoknya membahayakan kesehatan diri
dan orang lain, tetapi apa yang dikatakan oleh sebagian besar perokok
ketika mereka ingin berhenti merokok? Mudahkah bagi mereka?).
Masih mau menakut-nakuti anak kita?