Biar Bunda Kayla gak bingung lagi :)
Waspadai Penyakit IPD Pada Anak
Selasa, 24 Januari 2006
Penelitian menunjukkan, sebagian besar bayi dan anak di bawah usia dua tahun pernah menjadi carrier bakteri pneumokokus di dalam saluran pernapasan mereka.
Sampai saat ini sebagian besar masyarakat belum mengenal dan memahami penyakit invasive pneumococcal disease (IPD) pada anak, khususnya anak berumur di bawah dua tahun. Padahal penyakit ini bisa mengakibatkan kematian dan kecacatan.
Ahli respirologi anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Unpad)/RS Hasan Sadikin Bandung, Prof Dr Cissy B Kartasasmita PhD MSc SpA (K), menjelaskan, IPD adalah sekelompok penyakit yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus (Streptococcus pneumoniae). Ini berupa serangan infeksi yang secara cepat masuk ke dalam sirkulasi darah dan merusak (invasive), seperti infeksi selaput otak (meningitis) atau biasa disebut radang otak.
Menurut Cissy, apabila bakteri pneumokokus masuk dalam sirkulasi darah (disebut bakteremia), maka ia akan menyebabkan berbagai gangguan organ tubuh (disebut sepsis). Akhirnya ini bisa menimbulkan kegagalan fungsi organ (multi organ failure).
'Bakteri pneumokokus juga bisa menimbulkan penyakit secara lokal atau non-invasive, seperti infeksi telinga tengah atau otitis media, infeksi atau radang paru yang disebut pneumonia dan sinusitis,' ungkapnya pada seminar media yang diselenggarakan beberapa hari lalu di Jakarta.
Menurut data WHO, lanjut Cissy, setidaknya dilaporkan satu juta anak di bawah usia lima tahun meninggal setiap tahun akibat infeksi pneumokokus, terutama yang menyebabkan pneumonia. Gejala pneumonia di antaranya napas cepat, sesak, nyeri dada, menggigil, batuk dan demam.
Otitis media adalah infeksi bakteri pada telinga tengah yang dapat menyertai infeksi saluran pernapasan. Gejalanya antara lain nyeri telinga, demam, rewel, dan gangguan pendengaran sementara. Infeksi telinga tengah cenderung terjadi pada masa bayi dan kanak-kanak sehingga bisa menyebabkan gangguan pendengaran yang menetap dan mengalami keterlambatan bicara.
'Gejala bakterimia pada bayi kadang-kadang sulit diketahui karena pada awalnya dapat serupa dengan infeksi virus biasa, seperti bayi menderita demam tinggi dan rewel terus-menerus diikuti dengan atau tanpa infeksi saluran pernapasan,' jelas anggota satgas imunisasi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) ini.
Bayi carrier
Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga itu Streptococcus pneumoniae adalah bakteri yang sering kali menyerang anak di bawah usia dua tahun.
Gejala meningitis di antaranya demam tinggi, nyeri kepala hebat, mual, muntah, diare, leher kaku, dan takut pada cahaya (photophobia). Bayi rewel, tampak lemah dan lesu (lethargic), menolak makan, dan pada pemeriksaan teraba ubun-ubun menonjol, serta dapat terjadi penurunan kesadaran dan kejang.
'Meningitis karena bakteri pneumokokus dapat menyebabkan kematian pada 17 persen penderitanya hanya dalam waktu 48 jam. Dan apabila sembuh, sering kali meninggalkan kecacatan permanen, misalnya gangguan pendengaran dan saraf seperti gangguan motorik, kejang, keterbelakangan mental, dan kelumpuhan,' Cissy menjelaskan.
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi dan anak di bawah usia dua tahun pernah menjadi pembawa (carrier) bakteri pneumokokus di dalam saluran pernapasan mereka. Karena itu, lanjut Cissy, bayi baru lahir hingga usia dua tahun berisiko terkena penyakit IPD. Bakteri ini menyebar di udara saat seseorang bersin atau batuk.
Ada beberapa lokasi yang berpotensi bagi penyebaran bakteri pneumokokus, yaitu interaksi antara anak dan manula yang mengidap penyakit ini secara terus-menerus, antar bayi dan anak di tempat-tempat umum, kendaraan umum, lingkungan tetangga, tempat penitipan anak (TPA), dan kelompok bermain (playgroup)..
Vaksinasi
Ahli infeksi dan penyakit tropik anak FK UI/RSCM, Prof Dr dr Sri Rezeki S Hadinegoro SpA (K), mengatakan pengobatan IPD semakin dipersulit dengan adanya peningkatan bakteri pneomokokus terhadap beberapa jenis antibiotik, infeksi bakteri yang sangat cepat dan merusak organ tubuh dan sistem saraf, serta meninggalkan kecacacatan permanen yang akan menurunkan kualitas hidup anak sepanjang usianya.
'Karena itu kami sangat merekomendasikan upaya preventif sedini mungkin dengan pemberian vaksin pneumokokus kepada bayi dan anak di bawah usia dua tahun,' ujarnya.
Badan POM, sebagai lembaga yang mengeluarkan izin edar, telah menyetujui vaksin untuk mencegah IPD kepada bayi dan anak di bawah usia dua tahun. Vaksin pneomokokus diberikan dengan jadwal pemberian empat kali pada usia 2, 4, 6, dan antara 12 hingga 15 bulan. Dalam hal ini, orang tua bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis anak mengenai jadwal pemberian vaksinasi yang tepat sesuai usia dan kondisi kesehatan anaknya. (jar )
Sumber : http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=232300&kat_id=150