Pengaruh Stres Ibu
Hamil Terhadap
Perkembangan Otak
Janin
Sumber:
KOMPASIANA
Stres bagi ibu hamil akan memberikan dampak
negatif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungannya.
Lebih-lebih perkembangan otak janin. Oleh
karena itu, bagi setiap ibu yang sedang
mengandung sangat penting menjaga
kesehatan kehamilannya, baik kesehatan fisik
maupun kesehatan mental. Stress adalah
merupakan suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan
kondisi diri seseorang.
Kondisi psikologis ibu hamil memang lebih
labil dibandingkan pada keadaan sebelum
hamil. Wanita yang sedang hamil cenderung
sekali emosi yang berkelanjutan karena kondisi
kehamilan mereka, hormon, dan kondisi
kehidupan mereka ketika menjalani masa
kehamilannya selama 9 bulan tersebut.
Banyak hal yang dirasakan ibu hamil, misalnya
kehamilan dapat membuat seorang ibu akan
merasa bersemangat, gembira, tertekan,
khawatir, cemas, marah, bangga, ceria. Berikut
beberapa hal yang bisa diakibatkan stres ibu
hamil terhadap janinnya yaitu :
1. Meningkatkan risiko bayi mengalami alergi
kelak.
2. Meningkatkan resiko keguguran.
3. Sistem kekebalan tubuh bayi akan berkurang.
Hal ini didukung dengan pendapat Dr. Rosalind
Wright dari Harvard Medical School di Boston,
beliau mengemukakan bahwa stres pada ibu,
baik karena masalah finansial atau hubungan
dapat berpengaruh pada pembangunan sistem
kekebalan anak. Anak yang ibunya mengalami
stres selama hamil, akan mudah terkena alergi
dan asma.
Banyak juga kasus persalinan prematur dan
bayi dengan berat badan kurang, disebabkan
oleh tingkat stres tinggi yang dialami ibunya.
Stres juga bisa memicu gangguan otak janin,
sebab saat stres tubuh ibu mengeluarkan
hormon kortisol yang bila terlalu banyak
diproduksi akan sulit dikendalikan tubuh, bisa
menembus plasenta dan mengganggu
perkembangan otak janin.
Oleh karena itu, bagi ibu hamil disarankan
dapat mengelola suasana hatinya agar tidak
berkembang menjadi stres. Beberapa gejala
fisik yang menunjukkan ibu hamil stres adalah
meningkatnya detak jantung, pernapasan,
tekanan darah, kelelahan, sakit kepala, otot
tegang di bagian leher, pundak dan punggung
atas, gangguan tidur, tidak selera makan, kaki
dingin dan tangan berkeringat. Sementara
gejala emosional yang tampak dari luar; ibu
marah, khawatir, ketakutan, merasa tidak aman,
mudah menangis dan tidak bisa mengatasi
masalah. Keluarga dan orang terdekatlah yang
dapat memberikan dukungan pada kondisi
seperti ini.