SITE STATUS
Jumlah Member :
253.406 member
user online :
3177 member
pageview's per day :
Over 100.000(!) page views
Kalkulator kesuburan
Masukan tanggal hari pertama bunda mengalami menstruasi

Kehamilan

Buat yang pernah ngalamin Intra Uterine Fetal Death (IUFD) atau kematian janin dalam kandu

New Topic :  
06-10-2010 11:21:40 ke: 1
Jumlah Posts : 37
Jumlah di-Like : belum ada like
hai bunda..
sharing masalah IUFD yu... sama yang udah berhasil hamil lagi setelah ngalami IUFD ditunggu buat berbagi pengalamannya..

sekarang aku lagi program hamil setelah ngalami IUFD pada anak kedua ku bulan april lalu, sebetulnya aku takut dan cemas kalo seandainya ngalamin kayak gitu lagi.. tapi hidup harus terus berlanjut kan.. palagi anak ku sekarang kepingin banget punya adik lagi.
semangaaaaaaaaaaaaaat.. :D

   
06-10-2010 12:04:47 ke: 2
Jumlah Posts : 40
Jumlah di-Like : belum ada like
Hai Bunda....

Salam kenal ya....

Saya jg pernah mengalami IUFD....shock bgt rasanya, sampai2 ga bisa mencerna kata2 dokter yg lg nerangin sebab2nya, karena pikiran udah kalut banget. Sama dokter saya langsung diperbolehkan program lg setelah dapat mens di bulan berikutnya. Memang sih bulan berikutnya saya sudah dapat mens tapi rasa takut dan shock masih ada ya Bun...akhirnya ya saya tunda dulu sampai 6 bulan sampai trauma itu bener2 hilang.

Tapiii....habis 6 bulan, udah pengen buanget hamil lg malah ga bisa2, sampai ke dokter tiap bulan. Wah, waktu itu rasanya udah ketar ketir jangan2 yg diomongon bayak orang bener, habis kuret dah ga bisa punya anak...wah rasanya tegang terus tiap bulan.

Puji Tuhan, 5 bulan kemudian saya diberi semacam jamu tradisional yg diminum selama 5 hari setelah haid bersih dan bulan berikutnya saya dinyatakan hamil.....
Wuah, seneng banget deh, sekarang kehamilan saya sudah 32 minggu, mohon doanya ya Bunda, supaya si adek sehat dan persalinannya lancar....

Maaf ya sharingnya panjang banget, semoga Bunda tetep semangat!!!

   
06-10-2010 14:22:27 ke: 3
Jumlah Posts : 37
Jumlah di-Like : belum ada like
dear bunda nina
salam kenal juga..

selamat atas kehamilanya semoga bunda and baby sehat sampe lahiran nanti.. :D

pas bunda ngalamin IUFD usia kehamilan bunda berapa bulan ???
bunda tahu ngga penyebabnya ???
trus itu jamu apa ya kok bisa tokcer gitu ? bagi2 dong..
hehehhe :D:D:D
   
07-10-2010 08:54:19 ke: 4
Jumlah Posts : 126
Jumlah di-Like : belum ada like
@mama naufal....

wahhhh ayoo berjuang agar naufal dpt adik. hehehe
ada tmn ku yg prnah mengalami IUFD saat kehamilannya 5 bln, sama dokter dilarang hamil selama 6 bln, utk kesehatan rahimnya.

tp cm selang sebulan dia udh hamil lg, tp janinnya gak berkembang dan dikuret lg. jadi selama 2 bulan dia kuret 2 kali! saya aja shock dngernya, krn malah tkt ada apa2 dgn rahimnya.. tp skrg selang 2 minggu dr kuret yg ke 2 dia udh hamil lg... saya sm bs geleng2 kepala dnger cerita dia, dan mendoakan semoga kali ini janin nya sehat
   
07-10-2010 09:38:51 ke: 5
Jumlah Posts : 37
Jumlah di-Like : belum ada like
@ bunda april..

wawwww.... kalo kayak gitu aku takut banget...
tapi aku sama dokter cuma dilarang hamil selama  3 bulan. sekarang aku mulai lagi program hamil nya, tapi masih ada rasa takut dan cemas nih, masih kebayang wajah si kecil yang tlah ada disurga.. :'(









   
07-10-2010 11:43:37 ke: 6
Jumlah Posts : 1
Jumlah di-Like : belum ada like
Buat Bunda april dan mamanaufal, aq mau tanya gejala IUFD ap ya???trus penyebabnya ap???
aqlagi cemas2nya soal masalah itu, soalnya sedang mengalami kehamilan pertama...
Tolong infonya ya bunda-bunda...
   
07-10-2010 13:55:32 ke: 7
Jumlah Posts : 37
Jumlah di-Like : belum ada like
@ bunda stephani

jujur ya bun, waktu aku ngalami IUFD aku ga ngerasain hal yang ekstrim banget kayak pecah ketuban atau pun pendarahan cuma aku ngerasa pinggul bagian belakang ( sunda na mah bobokong ) kerasa panas banget kayak yang mo lahiran. aku sama sekali ga nyadar kalo saat itu baby ku dalam keadaan gawat, sampe pada akhirnya aku ga merasakan gerakan dan tendangan lembutnya.. kata dokter plasenta nya terlepas dari dinding rahim tapi wallohu'alam...
ini ada artikel yang lebih lengkap mudah2an dapat membantu...

penasaran dgn kasus yang terjadi, meskipun orang tua terutama ibu yg sangat terpukul mengetahui janinnya sudah tidak dapat tertolong mencoba untuk tegar, sabar, dan ikhlas menghadapinya, karena yakin semua sudah menjadi kehendak Yang Diatas, Allah SWT, namun manusia selalu ingin tahu hukum alam yang berlaku saat itu, pastilah ada penyebab ilmiah yang bisa mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, setidaknya di kehamilan berikutnya bisa diusahakan untuk tidak berulang dengan kasus yang sama.
Jika penelitian belum juga menghasilkan jawaban yg memuaskan, maka misteri Illahi berlaku pula di dalamnya, hanya Allah yang Maha Mengetahui setiap waktu yang terbaik untuk hambaNya. Demikian juga, lagi dan lagi, secara filosofi, kita kembalikan dengan adanya seleksi alam, kalaupun tetap dipertahankan hidup, tak akan survive.

Dari beberapa diskusi, aku coba googling dan ketemu artikel dari nakita, http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=02058&rubrik=kecil.

kematian janin di kandungan, dalam dunia kedokteran dikenal dengan Intra Uterin Fetal Death (IUFD). Yang dimaksud dengan kematian janin adalah kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau

lebih. Umumnya, kematian janin terjadi menjelang persalinan saat usia kehamilan sudah memasuki 8 bulan.

* Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin

Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus positif. Sehingga anak akan mengikuti yang dominan; menjadi rhesus positif. “Akibatnya antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus.”

Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat terjadi hidrops fetalis; suatu reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin, antara lain pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga dada atau rongga jantung, dan lain-lain. Akibat penimbunan cairan yang berlebihan tersebut, maka tubuh janin akan membengkak. “Bahkan darahnya pun bisa tercampur air.” Biasanya kalau sudah demikian, janin tak akan tertolong lagi.

Sebenarnya, terang dr. Nasdaldy, Sp.OG, hidrops fetalis merupakan manifestasi dari bermacam penyakit. Bisa karena kelainan darah, rhesus, atau kelainan genetik. “Biasanya bila kasusnya hidrops fetalis, maka tak ada manfaatnya kehamilan dipertahankan. Karena memang janinnya pasti mati.” Sayangnya, seringkali tidak dilakukan otopsi pada janin yang mati tersebut, sehingga tidak bisa diketahui penyebab hidrops fetalis. “Padahal dengan mengetahui penyebabnya bisa untuk tindakan pencegahan pada kehamilan berikutnya.”

* Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin

Terutama pada golongan darah A,B,O. “Yang kerap terjadi antara golongan darah anak A atau B dengan ibu bergolongan O atau sebaliknya.” Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodinya.

* Gerakan sangat “liar”

Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu arah saja. “Nah, karena gerakannya berlebihan, terlebih satu arah saja, maka tali pusat yang menghubungkan janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi jadi tersumbat.” Kalau janin sampai memberontak, yang ditandai gerakan “liar”, biasanya karena kebutuhannya ada yang tidak terpenuhi, entah itu karena kekurangan oksigen, atau makanan. Karena itu, harus segera dilakukan tindakan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan janin. Misalnya, apakah oksigen dan gizinya cukup? Kalau ibu punya riwayat sebelumnya dengan janin meninggal, maka sebaiknya aktivitas ibu jangan berlebihan. “Sebab, dengan aktivitas berlebihan, maka gizi dan zat makanan hanya dikonsumsi ibunya sendiri, sehingga janin relatif kekurangan.”

* Berbagai penyakit pada ibu hamil

Salah satu contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah mengapa pada ibu hamil perlu dilakukan cardiotopografi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.

* Kelainan kromosom

Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik berat trisomy. “Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, yaitu dari otopsi bayi.” Sebab, ungkap Nasdaldy, jarang sekali dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. “Selain biayanya mahal, risikonya juga tinggi. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar terinfeksi, juga bisa lahir prematur. Kecuali kalau memang ada keganjilan dalam kehamilan tersebut yang dicurigai sebagai kelainan kromosom.”

* Trauma saat hamil

Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasentae atau plasenta terlepas. Trauma terjadi, misalnya, karena benturan pada perut, entah karena kecelakaan atau pemukulan. “Benturan ini bisa saja mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta atau plasenta lepas sebagian. Akhirnya aliran darah ke bayi pun jadi tak ada.”

* Infeksi pada ibu hamil

Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri maupun virus. “Bahkan demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin tak tahan akan panas tubuh ibunya.”

* Kelainan bawaan bayi

Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa mengakibatkan kematian di kandungan.

SEGERA DILAHIRKAN

Selama hamil, kehati-hatian dan kewaspadaan ibu perlu ditingkatkan, mengingat demi kebaikan janin dan ibu itu sendiri. Apa saja yang harus diwaspadai?

Yang pertama, bila tidak ada gerakan janin. “Pada ibu-ibu yang sudah merasakan gerakan bayi; pada kehamilan lebih dari 5 bulan, perlu diwaspadai jika dalam sehari ia tak bisa merasakan gerakan bayinya.” Gerakan bayi yang normal minimal 10 kali dalam sehari.

Yang kedua, ibu perlu mewaspadai tanda-tanda “sekarat” pada bayi. “Sebelum bayi tidak bergerak sama sekali, biasanya juga didahului tanda-tanda ’sekarat’. Timbul gerakan yang sangat hebat atau malah sebaliknya, gerakannya semakin pelan atau lemah.” Pada ibu yang peka, pasti akan terasa, kok, saat gerakan janinnya lain.

Yang ketiga, bila kehamilan tak kunjung membesar. “Ibu harus curiga bila pertumbuhan kehamilan tidak sesuai bulannya.”

Nah, bila terjadi hal-hal yang sudah diuraikan tadi, terang Nasdaldy, sebaiknya segera periksa ke dokter. “Walau belum waktunya pemeriksaan ulang, sebaiknya segera periksa. Sehingga sebelum terjadi kematian, dokter bisa melakukan tindakan pencegahan.” Tindakan yang dilakukan dokter biasanya dengan melahirkan segera atau lahir prematur. “Di luar bayi bisa di-treatment agar bisa hidup.”

Bila sudah diketahui penyebabnya, maka dokter tentu juga akan mengatasi penyebab tersebut. “Bila ada infeksi pada ibu, maka akan diobati infeksinya. Kalau ibunya diabetes, maka diobati diabetesnya.”

Dengan bantuan optimal, maka gawat janin bisa membaik kembali. “Karena untuk janin yang sedang ’sekarat’, tak selamanya harus dikeluarkan. Karena dikeluarkan pun harus melihat usia kehamilannya, kan? Kalau ternyata usianya masih muda, tidak mungkin ia dilahirkan segera. Pada usia kehamilan muda tentunya paru-parunya belum terbentuk sempurna. Sehingga di luar pun ia tak mungkin bisa bernafas. Jadi, yang dilakukan dokter adalah mempertahankan dengan mengatasi penyebabnya tersebut.”

Jika tak tertolong lagi, terang Nasdaldy, maka janin yang sudah meninggal harus segera dilahirkan. “Proses kelahiran harus dilakukan secara normal agar tidak terlalu merugikan ibu.” Jadi, bukan melalui operasi. Sebab, operasi tetap saja berisiko buat ibunya. “Anaknya, kan, sudah meninggal, kenapa harus menanggung risiko untuk anak yang sudah tidak ada?”

Operasi hanya dilakukan jika ada halangan untuk melahirkan normal. Misalnya, bayinya mati dalam posisi melintang, ibu mengalami preeklampsia, dan sebagainya.

Yang jadi berbahaya justru jika janin yang sudah meninggal tidak segera dilahirkan. “Kalau lebih dari dua minggu bersemayam dalam rahim ibunya, tentu akan mengganggu pembekuan darah si ibu. Zat pembekuan darah atau fibrinogennya bisa turun.” Hal ini akan berakibat fatal kala ibu melahirkan janin tersebut. “Dalam persalinan, kan, pasti terjadi perdarahan. Nah, kalau fibrinogennya rendah, maka perdarahannya tidak bisa berhenti. Jadi, bisa saja ibu tak tertolong karena perdarahan tersebut.”

Namun, bukan berarti tak ada obat untuk mencegahnya, lo. Sebelum dilakukan tindakan persalinan, bila telah diketahui janin sudah meninggal, maka dokter akan mengecek dulu fibrinogennya. “Kalau fibrinogennya turun, maka harus diberi obat fibrinogen.”

Tapi kasus janin meninggal bersemayam lebih dari 2 minggu sangat jarang terjadi. “Karena sebenarnya alam sudah mengaturnya. Biasanya tubuh si ibu sendiri kalau janinnya mati akan terjadi penolakan. Timbullah proses persalinan.”

Memang, diakui Nasdaldy, cukup banyak ibu yang tak menyadari janinnya sudah meninggal. “Bahkan sampai janinnya itu membatu atau mengeras.” Hal ini terjadi karena kurang pekanya sang ibu, terlebih lagi karena tak ada reaksi penolakan pada tubuhnya. “Biasanya terjadi pada ibu yang tak menyadari kalau dirinya hamil, tahu-tahu anaknya sudah meninggal dalam kandungan, bahkan telah membatu.”

Tentu saja mengeluarkan janin yang telah membatu lebih berisiko. “Mengeluarkannya akan lebih susah sehingga biasanya terjadi komplikasi, misalnya, ada perobekan di dinding rahim dan jalan lahir.”

BISA HAMIL LAGI

Setelah kematian janin, bukan berarti ibu tidak bisa hamil lagi, lo. Seperti penuturan dr. Nasdaldy, Sp.OG, “Ibu bisa memulai program hamil kapan saja. Hanya sebaiknya penyebab kematian janin terdahulu sudah diketahui sebelum hamil kembali.” Hal ini bertujuan agar pada kehamilan berikutnya bisa diantisipasi hal-hal yang menjadi permasalahan kasus tersebut.

Sayangnya, terang Nasdaldy, jarang sekali orang tua yang bersedia mengotopsi janinnya yang meninggal. Akibatnya penyebab kematiannya tidak diketahui dengan pasti. Padahal mengetahui penyebab kematian akan mempermudah pengobatan yang harus diberikan pada ibu. Misalnya, bila penyebabnya karena perbedaan rhesus darah, maka harus segera diobati rhesusnya. “Pengobatan ini harus segera diberikan supaya zat antinya tidak terlanjur terbentuk. Sehingga kalau terjadi kehamilan lagi, perbedaan rhesus tidak berdampak seperti sebelumnya.”

maaf ya kepanjangan... :D
semoga bunda dan babynya sehat dan selamat sampai lahiran nanti .. :D



   
07-10-2010 14:40:42 ke: 8
Jumlah Posts : 40
Jumlah di-Like : belum ada like
@ Mama naufal

Saya mengalami IUFD saat kehamilan 12 minggu. Kata dokter karena kromosom sih, tapi ga tau jg karena waktu diterangkan saya blank...masih shock.

Kalau masalah jamu saya sendiri kurang ngerti, itu jamu yang diracik dan direbus, katanya buat penyubur, dan diminum setelah mens bersih.

Oya, makasih infonya tentang IUFD bunda.
   
08-10-2010 14:13:19 ke: 9
Jumlah Posts : 37
Jumlah di-Like : belum ada like
@ bunda april..

sama2 bun..
aku jadi penasaran sama jamunya.. :D, sekarang aku lagi ngejalanin resep dokter tiap hari minum vit E tapi jarang paling 2 hari sekali habisnya kalo minum vit E kok aku ngerasa jadi kepengen makan terus.. :(
   
24-10-2010 09:42:30 ke: 10
Jumlah Posts : 2
Jumlah di-Like : belum ada like
halo bunda,,,,
sy baru saja ngalamin IUFD,,,ketahuannya pas konsul 2 mggu yg lalu,,shock,,sedih,,,bingung pas dengar dokter obgyn nya ngejelasin,,berasa g percaya,,kehamilan pertama,,(btw, sy br nikah mei 2010 kemarin),,pas dicek ulang sabtu kmrn,,tyt emang udh benar2 g ada,umurnya hy 8 mggu (alias 2 bln, hrsnya kl smpi hr ini baby nya msh ada,dy udh berumur 12-13 mggu),,sedih,,,n hr ini lg dicoba merangsang haid, utk ngeluarin baby nya,,hiks,,,mulesnya,,,,tmbh berasa sakit aja....

pas konsul ama dokter kmrn, beliau nanya2,,apa yg dirasakan,,demam?g ada..diare?g ada jg..batuk?g ada jg,,,tp trs ingat kr2 3 mggu yg lalu,sempat muntah2 agak hebat, nyeri pinggang hebat,,,tyt,,,itu mgkn pertanda dr baby nya...

doain sy y.....
   
 page  1  2 Next
atau login dengan Facebook Anda